วันอังคารที่ 18 มกราคม พ.ศ. 2554

PROBLEMA YANG DIHADAPI MAHASISWA ISLAM PATANI DALAM MELANJUTKAN STUDI PADA PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM DI PROVINSI SUMATERA UTARA



A.    Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dan merupakan negara yang terbesar di Asia Tenggara, mulai membenahi pendidikan bagi masyarakatnya. Hal ini ditandai dengan banyaknya pusat pendidikan baik dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang lebih mementingkan mutu atau kualitas pendidikan tersebut. Sehingga tidak mengherankan lagi bahwa Indonesia menjadi sasaran pendidikan bagi mahasiswa asing untuk menimba ilmu pengetahuan, di antaranya adalah mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) dalam melanjutkan studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam di  Provinsi Sumatera Utara  khususnya.
     Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi perhatian bagi masyarakat (pemuda) Islam Patani untuk melanjutkan studinya, karena negara Indonesia masih merupakan salah satu negara tetangga dan serumpun, begitu juga kalau dibanding dengan negara-negara di mana mahasiswa Islam Patani yang seperti yang pergi untuk studi di Indonesia, biayanya di tanggung oleh orang tuanya sendiri masing-masing. Nabi Muhammad Saw bersabda:
barang siapa keluar rumah untuk tujuan menuntut ilmu, maka dengan aktivitasnya itu, Allah memudahkan baginya jalan menuju syurga.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya)[1]
      Problema yang dihadapi Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) dalam melanjutkan studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam di Provinsi Sumatera Utara, sebenarnya tidak terlepas dari problema yang dihadapi Bangsa Melayu Islam Patani itu sendiri, karena hal tersebut ada hubungannya dan yang erat tidak dapat dipisahkan, dengan adanya berbagai problema yang telah dan sedang mareka hadapi mendorong mereka untuk lebih berusaha, terutama untuk meningkatkan pendidikan mereka dalam rangka memperbaiki dan membina nasib bangsa itu sendiri. Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagisetiap orang (education for all), laki-laki atau perampuan, dan berlangsung sepanjang hayat (long life education).[2]
            Dengan problema hidup yang mereka hadapi sangat mendorong mereka untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka, bukan sekedar bidang pendidikan bahkan ekonomi, sosial, budaya, agama dan lain sebagainya.
            Realitas problema atau permasalahan yang dihadapi mahasiswa Islam Patani dalam melanjutkan studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Dalam proses untuk mengatasi sangat cukup kompleks, seperti masalah biaya, bahasa, fisik dan mental, alat-alat teknologi, melieu atau lingkungan dan sebagainya.
Oleh karena itu sudah tentu dalam hal ini tidak terlepas dari permasalahan dan kesulitan sehingga ada rintangan dan tantangan yang menghadapi dalam melaksanakan studi.  
Maka seseorang mahasiswa harus dapat mengatasi apa yang dihadapi dalam melanjutkan studi, dan bagaimana seorang mahasiswa bisa mengatasi problema yang dihadapi dalam melanjutkan studi. Namun dalam menghadapi problema tersebut harus dapat mengatasi setiap permasalahan dan percobaan, tetapi kunci penyeleasaian adalah kesabaran serta ketekunan dengan niat yang jujur dan ikhlas akan dapat menghasilkan kesuksesan. Rasullulah Saw, bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Syaikhan (Bukhari dan Muslim):
sesunggahnya amal perbuatan tergantung padaniat, dan sesungguhnya setiap orang sesuai dengan niatnya.”[3]
            Karena demikian keadaan yang dihadapi mahasiswa Islam Patani, sangat cenderung terutama generasi muda, untuk lebih meningkatkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian mereka sulit untuk memperoleh pendidikan yang layak bagi mereka, dan keadaan hidup mereka tetap mencari ilmu pengtahuan.
Dalam hal ini dapat dipahami dari firman Allah (QS. Ar-ru’d, ayat :11) sebagai berikut:
 إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”.[4] 

            Oleh karena itu walaupun mereka dihadapkan dengan berbagai problema dalam melaksanakan studi, mereka tetap berkemahuan keras.
            Adapun mengenai kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa Islam asal Patani, pada dasarnya adalah akibat dari problema-problema yang telah penulis kemukakan di atas. Sebab dengan adanya problema-problema tersebut akibat banyak menimbul  kesulitan-kesulitan bagi mahasiswa Islam Patani, baik dalam melanjutkan studi pada Fakultas Agama Islam berbagai Perguruan Tinggi Agama Islam di Provinsi Sumatera Utara.
            Untuk dapat melanjutkan studi, mereka banyak menghadapi permasahalan dan kesulitan-kesulitan antara lain, seperti sulit untuk memperoleh passport dari pemerintah Thai, sulit untuk memperoleh Visa Berdiam Sementara (VBS) dari kedutaaan besar Republik Indonesia, baik perwakilannya yang ada di Bangkok, Kualalumpur, dan lain-lain, untuk bisa tinggal dan belajar di Indonesia.
            Dalam pembahasan penelitian ini penulis lebih mengutamakan kepada masalah-masalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa Islam Patani dalam mengikuti studi, dengan berjudul:
 “PROBLEMA YANG DIHADAPI MAHASISWA ISLAM PATANI DALAM MELANJUTKAN STUDI PADA PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM DI PROVINSI SUMATERA UTARA ”
B.  Rumusan Masalah
            Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang telah penulis terterakan di atas, maka menjadi fokus dalam penelitian ini adalah problem yang dihadapi mahasiswa Islam Patani dalam melanjutkan studinya.
            Oleh karena itu sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
  1. Faktor apa yang mendorong mahasiswa Islam Patani untuk melanjutkan studinya pada Perguruan Tinggi Agama Islam di Provinsi Sumatera Utara ?.
  2. Apa yang menjadi permasalahan bagi mahasiswa Islam Patani dalam proses untuk melanjutkan studinya ?.
  3. Problema apa yang dihadapi dalam melanjutkan studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam di Provinsi Sumatera Utara ?.
  4. Bagaimana usaha yang dilakukan dalam rangka untuk mengatasi problema-problema yang dihadapi ?.

C.  Batasan Istilah
            Dalam judul yang diteliti penulis terdapat beberapa istilah, adapun batasan istilah tersebut untuk lebih jelas yang dikemukakan adalah:
  1. Problema: adalah permasalahan.[5] Yang dimaksudkan yaitu permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa Islam Patani dalam menjalani studinya pada Perguruan Tinggi di Provinsi Sumatera Utara.
  2. Mahasiswa Islam Patani: adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti perkuliahan di Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sumatera Utara atau Universitas lain mereka adalah berasal dari Patani Selatan Thailand.
  3. Patani: adalah nama suatu tempat atau daerah yang dikenal orang sejak dahulu adalah “PATANI”. Patani itu bukan sekedar salah satu provinsi, bahkan merupakan nama sebuah Negara yang pernah berdaulat dan terdiri dari empat provinsi, Patani, Narathiwat, Yala, Setul, dan sebagian dari Senggora. Luas daerah Patani adalah 15.000 km. Persegi, terletak antara perbatasan dengan lautan Cina Selatan di sebelah Timur, Selat Melaka di sebelah Barat, Thailand di sebelah Utara dan Malaysia di sebelah Selatan.[6]

D.  Tujuan dan Kegunaan Penelitian
            Dalam penelitian ini tentu mempunyai tujuan dan kegunaan penelitian sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan kegunaan. Sebagai tujuan serta dapat berguna dalam penelitian ini diantara lain adalah:
  1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menarik mahasiswa Islam Patani untuk melanjutkan studinya pada Fakultas Agama Islam Perguruan Tinggi Agama Islam di Provinsi Sumatera Utara.
  2. Untuk mencari atau menemukan problema-problema dalam proses melanjutkan studi pada Perguruan Tinggi Agama Islam di Provinsi Sumatera Utara.
  3. Untuk mencari helah problema yang dihadapi mahasiswa Islam Patani pada Perguruan Tinggi Agama Islam di Provinsi Sumatera Utara.
  4. Untuk menemukan cara dan solusi agar dapat mengatasi problema-problema yang dihadapi mahasiswa Islam Patani pada Perguruan Tinggi Agama Islam di Provinsi Sumatera Utara yang berkualitas setinggi-tingginya.

E. LANDASAN TEORITIS
1. Pengertian Problema Dalam Melanjutkan Studi
            Memang dalam dunia globalisasi dan dunia IPTEK yang sangat maju, disamping itu banyak rintangan dan tantangan yang harus mahasiswa menghadapi dengan suasana kejadian atau fenomena apa saja agar dapat mencari solusi bagaimana cara dalam melaksanakan studi yang berobjektif.
Realitas situasi dan kondisi sekarang sangat hebat dengan kemajuan zaman modern, oleh karena itu penulis mengemukakan atau memaparkan mengenai pengertian problem-problem. Dalam artian problema sebenarnya berbeda dengan arti kata kesulitan, meskipun dalam pemakaian istilah sehari-hari biasanya diartikan sama. Arti kata problema lebih luas dan lebih lengkap dari pada arti kata kesulitan.
Menurut Badudu Zain yang mengatakan problema adalah :
“Problema yaitu permasalahan atau persoalan yakni yang dimaksudkan dengan permasalahan yang harus menghadapi oleh mahasiswa secara umumnya dan secara khusus adalah yang dihadapi oleh mahasiswa Islam Patani untuk melaksanakan studinya pada Perguruan Tinggi di Propensi Sumatera Utara”.[7]

Jehteh Syiddiqy mengatakan bahwa:
“problema berfungsi sebagai alat menuju kejayaan yang akurat bagi aspek kehidupan manusia. Baik problema secara langsung maupun tidak langsung agar berbagai problema yang dibicarakan dapat mengatasi secara tepat oleh orang lain”.[8]
                        SA. Bratana dkk. mendefinisikan problema sebagai berikut :
“Problema adalah permasalahan-permasalahan yang usaha mengatasi baik secara langsung maupun dengan cara tidak langsung untuk menyelesaikan serta mengatasi dalam setiap aspek kehidupan manusia yang sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang dihadapinya”.
Menurut Sudirman N. dkk. Memberi pengertian problema sebagai berikut:
“Problema adalah permasalahan dalam berusaha mengatasi yang dijalankan oleh seorang atau sekelompak untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompak orang lain agar menjadi tuntas dalam penyelesaiannya, atau mencipta tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam melaksanakan studi, yakni artinya mental dan fisik”.[9]
Menurut Abdul Rahman An-Nahlawi mengemukakan didalam bukunya bahwa : 
“Problema adalah permasalahan penataran individu dan sosial yang dapat menyelesaikan dengan menyebabkan seseorang dan kelompok terhadap problema dan menerapkan secara sempurna didalam kehidupan individu dan masyarakat”. ”.[10]     
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problema: adalah permasalahan yang dihadapi oleh manusia agar bisa mengatasi dan menyelesaikan setiap permasalahan serta dapat menjalankan dengan tugas-tugas yang tegas untuk membasmikan dalam kesejahteraan studi yang ada di dunia ini. membentuk kepribadian manusia, pembentukan yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh agama Islam.
           
2.  Macam-Macam Problema Dalam Melanjutkan Studi
            Problema yang dihadapi mahasiswa dalam melanjutkan studi, adalah suatu hal yang menjadi persoalan yang harus dihadapi dan permasalahan secara langsung, yang harus diatasi beberapa macam yaitu; problema disegi biaya, bahasa, fisik dan mental, alat-alat studi, dan melieu atau lingkungan dan lain-lainnya.
            Adapun masing-masing macam tersebut akan dibahas secara singkat di bawah ini :
1.  Problem Biaya
            Problem biaya adalah merupakan salah satu faktor studi yang paling penting lagi lebih utama sekali, karena tanpa adanya macam tersebut studi tidak akan dapat berlangsung. Oleh karena itu problema biaya dalam melanjutkan studi harus benar-benar mampu baik material dan spiritual tidak dapat diganti oleh macam yang lainnya.[11]  
            Problema biaya ini, dikalangan para paedagog timbul satu problem, tentang apakah benar biaya itu dapat berstudi. Dalam menjawab problem tersebut timbul tiga aliran yakni :
a) Aliran Nativisme, yang dipelopori oleh Schopenhauer.
            Beliau mengatakan bahwa biaya mempunyai peran penting dalam studi, tidak mungkin sama sekali seandainya tanpa biaya dalam menghadapi studi akan bersukses, namun gunanya orang menstudi harus menguasai biaya memang mampu. Sehingga oleh beliau, problema studi diumpamakan “merubah emas menjadi perak”. Jadi suatu hal yang tidak mungkin.
b) Aliran Empirisme, yang dipelopori oleh John Lock.
            Beliau mengatakan, melanjutkan studi itu perlu sekali. Teorinya yang terkenal adalah “Tabularasa”. Mahasiawa yang dihadapi dalam melaksanakan studi lahir diumpamakan patah tumbuh hilang berganti, dan tergantung kepada yang menulisnya, yang dimaksudkan adalah studi.
c) Aliran Convergensi, yang dipelopori oleh William Stren.
            Aliran ini merupakan perpaduan di antara kedua aliran di atas. Beliau mengikuti kedua aliran tersebut, dan beliau berpendapat, studi itu perlu tetapi hal tersebut terbatas kepada biaya yang ada pada mahasiswanya.
            Kalau kita memperhatikan kepada tiga aliran tersebut di atas, yang ada persesuaiannya dengan ajaran Agama Islam adalah aliran ketiga, yaitu aliran Convergensi. Dalam ajaran Islam dikatakan bahwa : mengenai fitrah yang dibekali oleh Allah kepada manusia. Yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia sesuai dengan fitrahnya.  Oleh karena itu Allah SWT. menyebutkan di dalam Al-Quran surat Ar-Rum, ayat 30 yang berbunyi :

فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ  الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ  (السو رة  : الروم  : اية 30)
Artinya: “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah mencipta manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.[12]
            Dan dalam hadits Rasulullah SWA. yang bersebda :   
     
 كل مولود يولد على الفطرة  فأ بواه  يهودا نه  اوينصرا نه  اويمجسا نه. (رواه بخاري)
Artinya:   “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah(perasaan percaya kepada Allah). maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama  Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari).[13]
            Dari keterangan ayat dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya anak itu telah membawa fitrah beragama, tetapi keadaan kelanjutannya sangant ditentukan oleh pendidikan yang dialaminya, kalau mereka memperoleh pendidikan Agama yang baik, maka baik pula anak tersebut, dalam arti taat beragama.

2.   Problem Bahasa
            Bahasa adalah merupakan salah satu faktor alat studi yang sangat penting. Sebab tanpa bahasa, melaksanakan studi tidak akan dapat bersukses, dan problema studi yang akan bertanggung jawab akan keberhasilan dalam pembentukan kepribadian mahasiswa Islam Patani khususnya. Kesemuanya bahasa turut memberi pengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa asing yang belajar di Perguruan Tinggi Agama Islam di Provensi Sumatera Utara.
            Kemampuan berbahasa merupakan faktor yang amat menentukan prestasi studi. mencakupi kemampuan berbicara, menyimak, membaca, menulis, kata-kata dalam kalimat, menentukan makna kata dalam kalimat dan menggunakan kata yang bersamaan makna dalam kalimat.
            Adapun problema bahasa dalam melanjutkan studi di Perguruan Tinggi ini tujuan di antaranya :
a.       Menanamkan kepribahasaan dalam jiwa mahasiswa.
b.      Mengajar bahasa yang berilmu pengetahuan/intelektual.
c.       Meneliti bahasa agar menguasai dalam menjalankan studi.
d.      Menperoleh agar berbudi pekerti yang mulia.[14]
Menurut Kamal Muhammad ‘Isa dalam bukunya sebagai berikut :
 “Guru bahasa atau pendidik bahasa adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengasuh yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin ummat oleh sebab itu seorang guru dituntut harus memiliki berbagai sifat, antara lain sebagai berikut :
1.      Seorang guru haruslah manusia pilihan, siap memikul amanah dan menunaikan tanggung jawab dalam pendidikan generasi muda.
2.      Seorang guru juga hendaknya tidak pernah tamak dan bakhil dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Sehingga seorang guru semata-mata hanya menharapkan ganjaran dan pahala dari Allah SWT.3.
3.      Seorang guru haruslah dapat meyakini Islam sebagai konsep Ilaahi.
4.      Seorang guru harus memiliki sikap yang terpuji, berhati lembut, berjiwa mulia, ruhnya suci, niatnya ikhlas dan taqwanya hanya kepada Allah.
5.      Penampilan seorang guru hendaknya selalu sopan dan rapi.
6.      Seorang guru, mampu menjadi pemimpin yang shalih, menjadi contoh tauladan yang baik bagi seluruh muridnya.
7.      Seruan dan anjuran seorang guru, hendaknya tercermin pula dalam sikap keluarganya dan atau para sehabatnya.
8.      Seorang guru harus menyukai dan mencintai muridnya, tidak boleh angkuh”.[15]

Berkaitan problema yang dihadapi dalam melanjutkan studi yang menurut seorang tokoh H. Fu’ad Ihsan, mengemukakan tentang pengertian pendidakan adalah :
      Pendidikan dapat di bagi menjadi dua kategori, yaitu :
1.      Pendidikan menurut kodrat, yaitu orang tua.
2.      Pendidikan menurut jabatan, ialah guru.[16]
Pendidikan kodrat yaitu pendidikan yang dimiliki oleh seorang ayah, ibu sebagai pendidik karena kodrat, merupakan bagian kewibawaan sebagai orang tua didalam sebuah rumah tangga.  Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif terdiri dari beberapa unsur yaitu:
      1.    Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak.
      2.  Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidikan untuk menuntun    perkembangan anak. [17]
Berdasarkan Firmannya dalam Al-Qura’n Surat At-Tahrim:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR
Wahai orang-orang yang. Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”[18]
Pendidikan menurut jabatan yaitu guru pendidik harus diadakan persiapan-persiapan yang cukup dan sifat-sifatnya harus ideal sebagai penddik. Pendidik ialah orang yang memiliki tanggung jawab mendidik. Dwi Nnugroho Hidanyanto bahwa pengertian pendidik ini meliputi:
1.      Orang dewasa.
2.      Orang tau.
3.      Guru.
4.      Pemimpin masyarakat.
5.      Pemimpin agama.[19]
3.   Fisik dan Mental
Fisik dan mental adalah merupakan faktor yang sangat penting dalam studi sebagai  kekuatan pola pikiran, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh penstudi itu. Demikian pula dalam studi, maka fisik dan mental itulah harus kuat seimbang/sejajar yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan studi di Perguruan Tinggi tersebut.
Pada umumnya kita mengenal adanya rumusan formal tentang fisik dan mental secara hierarchies, di mana tujuan fisik dan mental lebih umum dijabarkan menjadi tujuan fisik dan mental yang lebih khusus, adalah merupa tujuan fisik dan mental yang lebih spesifik dan efektif, semuanya diarahkan untuk dapat tercapainya tujuan fisik dan mental tersebut.
Adapun rumusan formal dari tujuan fisik dan mental studi secara hierarchies adalah :
a) Tujuan Studi Nasional
Rumusan formal tujuan studi nasional terdapat pada undang-undang studi. Tujuan studi dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis, yang bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. [20]
b) Tujuan Studi Institusional
Tujuan studi institusional ialah tujuan studi secara formal dirumuskan oleh lembaga-lembaga studi, seperti misalnya : Tujuan pada Perguruan Tinggi, Sarjana S-1, Program Pascasarjana S-2 dan sebagainya.
c) Tujuan Studi Kurikuler
Tujuan Studi kurikuler ialah tujuan yang dirumuskan secara formal pada kegiatan studi kurikuler yang ada pada lembaga-lembaga studi. Tujuan studi kurikuler sifatnya lebih khusus jika dibandingkan dengan tujuan studi institusional, tetapi tidak boleh menyimpang dari tujuan studi institusional.
d) Tujuan Studi Instruksional
Tujuan studi instruksional adalah merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah selesai program pengajaran.[21]
4.   Problema Alat-Alat Studi
Adapun yang dimaksudkan dengan problema alat studi adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan dari cita-cita pada studi. Ada tiga kelompok, diantara lain :
a)      Alat Pengajaran Agama
Pengajaran Agama adalah merupakan alat untuk mencapai studi. Sebab dalam melaksanakan studi di Perguruan Tinggi pada umumnya pasti akan memakai pengajaran Agama sebagai alat, fedankan tujuannya tetap, yakni mendidik Agama. Gejala yang begitu sering terdapat di mana-mana sehingga  membantu usha-usha kita membuat abstrak ilmiah.[22]
b)      Alat-alat Studi yang Langsung
Yang dimaksud dengan alat-alat studi yang langsung ialah dengan menanamkan pengaruh yang positif kepada mahasiswa, dengan memberikan contoh tauladan, memberi nasehat-nasehat, termasuk amal sholeh, dan sebagainya.
c)      Alat-alat Studi yang tidak Langsung
Alat-alat studi yang tidak langsung ialah yang bersifat kriatif, agar dengan demikian mahasiswa menyadari perbuatannya yang positif, dan berusaha dan usaha untuk memperbaiki individu dan kelompoknya.
5.  Problem Milieu atau Lingkungan
Problem lingkungan adalah mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan kemahasiswaan dipengaruhi oleh keadaan limgkungannya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif dan yang negatif terhadap pertumbuhan pribadi manusia. Problem lingkungan juga merupakan salah satu faktor tidak dapat disatukan dengan faktor studi, karena lingkungan mempunyai sifat-sifat yang berlainan dengan studi. Adapun yang dimaksud dengan problem lingkungan adalah “Segala sesuatu yang ada disekeliling masyarakat”.[23]

3 . Fenomena Adaptasi Problema Moral Mahasiswa Islam Patani Dalam   Masyarakat
Dunia telah mengakui bahwa fenomena atau gejala-gejala dalam adaptasi dengan problem moral yang terjadi dalam zaman reformasi selama ini merupakan wahana studi yang cukup efektif. Lulusan studi dapat bekerja sesuai dengan ijazah mereka milikinya, baik kerja mengabdikan diri masyarakat. Banyak juga lulusan studi yang berhasil memasuki dan menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam kedudukan yang sama seperti lulusan jenjang S-II, III dan Doktor.
  Namun fenomena adaptasi problema moral mahasiswa yang dapat mengatasi atau jalan keluar lebih positif, supaya menjalani studi lebih lancar mengikut situsi dan kondisi dengan sistem pendidikan terhadap masyarakat sangat minim, tetapi dengan gejala apa saja yang selama ini berkembang dan lebih kemajuan di bidang teknologi informasi telah mendorong banyak orang untuk menjalani efektivitas teknologi pembelajaran melalui internet yang diduganya dapat meningkatkan proses studi dalam sistem tersebut. Karena proses pembelajaran, dalam sistem ini dilaksanakan melalui komunikasi elektronik dengan menggunakan internet, maka sistem ini juga sering disebut e-learning.[24]
Tampaknya fenomena adaptasi ini mempunyai potensi yang tinggi untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran dalam sistem pendidikan, ternyata memerlukan infrastruktur dan biaya yang mahal untuk melaksanakannya. Karena itu mungkin pada saat ini biaya dapat dikembangkan untuk daerah perkotaan saja.
 Supaya sistem pendidikan kita dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi barat dalam bidang pendidikan, pengembangan dan penggunaan kelas virtual ini merupakan kebutuhan pengembangan pendidikan yang tidak dapat kita abaikan.
Keberhasilan pembelajaran pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sangat dipengaruhi oleh karakteristik si studi dan strategi (metode) pembelajaran. Hal ini termasuk pada sistem pendidikan moral yang berefektif dan berkualitas.
Realitas fenomena adaptasi permasalahan moral untuk melaksanakan suatu perkara dalam proses mencapai suatu tujuan harus ada landasan atau dasar yang autentik agar proses tersebut tidak tergelincir dari yang sebenarnya, demikian pula dengan fenomena adaptasi problema moral  harus mempunyai dasar yang autentik dalam mencapai tujuannya. Hal ini timbul suatu pertanyaan, apakah yang menjadi dasar fenomena adaptasi tersebut. Maka ada beberapa misalnya di antara lain adalah :

1.   Fenomena Kebiasaan Mengompol
Masalah kebiasaan mengompol, adalah masalah suatu ketidakstabilan emosi seorang manusia. Sumber motivasinya bisa dari faktor-faktor kejiwaan. Kebisaan ini muncul oleh tindakan lingkungan dan oleh cara yang digunakan dalam menstudi mahasiswa, yaitu cara yang menyangkut pemenuhan berbagai kebutuhan mahasiswa berupa rasa kasih sayang dan kecenderungan bergabung dengan kelompok, karena menghadapkan mahasiswa pada berbagai pertentangan yang berlangsung terus menerus, dan disertai dengan perasaan gelisah yang mendalam. Tetapi, kadar kegelisahan ini secara bertahap semakin membesar, sehingga menjadi sebuah bahaya yang dapat mengancam eksistensi mahasiswa yang bersifat kejiwaan.[25] Di sinilah perlunya akal menghindari konflik-konflik emosional. Saat mengompol biasanya ada kerusakan organik yang terjadi pada sistem uring, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Mengatasi fenomena adaptasi studi dalam masyarakat adalah mengatakan bahwa dasarnya adalah dapat bersosial dengan moral yang positif. Sedangkan menurut Abdurrahman An-Nahlawi, yang menjadi fenomena adaptasi moral dasar studi ada 3 (tiga) hal pokok, yaitu Iman, Syari’at, dan Ibadah.[26]
            Adapun yang menjadi dasar fenomena adaptasi moral yang dihadapi adalah firman Allah dan Sunnah Rasulullah Saw. Kebenaran Al-Quran sudah tidak diragukan lagi, ia merupakan sumber yang asli dan ma’jizat Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan melalui perantaraan malaikat atau langkah  dan Allah sendiri, dan sekaligus sebagai pedoman atau petunjuk bagi umat manusia, Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah, ayat 2, sebagai berikut :
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (سورة البقرة : أية 2)             
Artinya : Kitab (Al-Quran) itu tidak ada keraguan, padanya petunjuk bagi mereka yang bertakwa.[27]
            Sedangkan sunnah Rasul adalah prilaku, ajaran atau doktrin yang perkenan-perkenan Rasul sebagai seorang yang menyampaikan risalah kepada umat manusia, sekaligus sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Quran. Bahwa kebenarannya tidak dapat diragukan petunjuk atau hidayat kepada umat manusia.[28] Rasulullah SAW. bersabda:

 لقد تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما أن تمسكتم بهما كتاب الله وسنة رسوله. (رواه ما لك)

Artinya :  Telah saya tinggalkan untukmu dua perkara, tidak sekali-kali kamu sesat selama kamu berpegang padanya, yakni kitab Allah dan Sunnah Rasulnya.[29]
            Dengan keterangan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa fenomena adaptasi moral berdasarkan kepada Al-quran dan Sunnah Rasullulah baik bersifat intern dan extern.
            Adapun fenomena adaptasi moral terhadap masyarakat bertujuan studi adalah tujuan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha merupakan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap tertentu. Tujuan studi identik dengan tujuan hidup manusia di bumi ini. Pada hakikatnya membentuk kepribadian manusia dididik adalah untuk mencapai tujuan hidupnya.
            Menurut Drs. Zainal Abidin bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk memberi bantuan kepada manusia yang belum dewasa supaya cakap menyelesaikan tugas hidupnya yang diredhai Allah SWT. sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat atas kuasanya sendiri.[30]
            Memang realitas fenomena tekanan agar manusia berbakti kepada Allah dan merasakan kebahagiaan dunia dan akhirat, diutamakan pendidikan budi pekerti serta tidak merupakan pendidikan intelektual dan pendidikan keterampilan merupakan usaha dari pendidikan Islam yang menekankan segi keselarasan.
            Diantara ciri-ciri fenomena moral manusia yang berpribadi muslim adalah sebagai berikut :
a.       Beriman dan bertaqwa kepada Allah.
b.      Giat dan gemar beribadah.
c.       Beraklaq mulia.
d.      Sehat jasmani, rohani dan aqli.
e.       Giat menuntut ilmu.
f.       Bercita-cita bahagia dunia dan akhirat.[31]
Prof. Dr. Athiyah Al-Aburosyi menjelaskan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.[32]
            Dari beberapa fenomena-fenomena tersebut yang telah dikebukan bahwa tujuan studi dapat mengkontrol dan mengatasi setiap permasalahan yang secara langsung atau tidak langsung itu adalah fenomena apadtasi dapat disimpulkan bahwa tujuan studi menurut agama Islam adalah untuk menjadi hamba Allah. Hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri sepenuh kepadanya. Kepribadian yang demikian itulah yang disebut kepribadian Muslim. Kesinilah sebenarnya tujuan akhir dari pada studinya.

2. Fenomena Problema Moral
            Pentingnya mengatasi problema moral dalam pendidikan Agama Islam bagi Mahasiswa Islam Patani yang studi di Perguruan Tinggi di Provensi Sumatera Utara khususnya, mengapa umat Islam secara menyeluruh mundur, lemah keterbelakangan, mereka ditokohi, dilontarkan kata-kata ketinggalan zaman,  moral, dan lain sebagainya. Macam-macam ungkapan yang sering didapati baik melalui ucapan, buku-buku, majalah, koran dan sebagainya. Penyebab utamanya tidak lain, karena mereka sulit untuk memperoleh pendidikan.
            Memang dalam kacamata pemerintah menyediakan sarana-sarana pendidikan (pendidikan Nasional Thai), untuk mengatasi problema moral di sana sini dilengkapi dengan segala macam fasilitasnya. Tetapi kemudahan bagi orang-orang muslim untuk memperoleh pendidikan hanya terbatas pada tingkat sekolah dasar dan menengah pertama saja. Sedangkan untuk memperoleh pendidikan yang lebih lanjut, yaitu pada tingkat lanjutan atas. Apabila pada tingkat perguruan tinggi, jarang bagi orang-orang muslim di Patani dapat meneruskan. Hal itu bukan berarti dikalangan mereka tidak mampu. Kita dapat membayangkan, ada beberapa Perguruan Tinggi di daerah tersebut yang di bangun khusus untuk menampung pelajar-pelajar muslim di daerah tersebut, tapi kenyataan tidak demikian. Menurut catatan Surin Pitsuan dalam bukunya :
            “Anggota-anggota mayoritas yang Buddhis maupun golangan minoritas lainnya di sebut negeri, telah nenyatakan keberatan terhadap perlakuan istimewa yang diberikan kepada orang Melayu Muslim”.[33]
            Kritik paling tajam disuarakan oleh MR. Kukkrit Pramoj, mantan perdana mentri Thailand, masa jabatannya dalam priode thn. 1975-1976, mengacam untuk mencoret seluruh program itu. Sebagai mana ucapannya :
            “Pemberian kemudahan kepada anak-anak sekolah dari daerah ini (Patani) menimbulkan perpicahan, ini harus diubah, karena orang-orang bukan muslim (Budha) merasa tidak puas”.[34]
            Adapun mengenai sarana-sarana pendidiakn Islam juga terdapat disana-sini, ada yang berbentuk pesantren, madrasah ada yang berbentuk sekolah-sekolah, sarana pendidikan seperti itu yang kesemuanya dibangun oleh masyarakat di daerah itu sendiri.
            Lembaga-lembaga pendidikan agama yang dibangun atau yang disediakan oleh masyarakat itulah, yang sedikitnya banyak dapat membantu dan mengembangkan pendidikan dikalangan umat Islam di Patani.
            Oleh karena demikian pentingnya peranan yang demikian oleh lembaga-lembaga pendidikan tersebut. Maka baik sarana dan segala macam yang berhubungan dengan pendidikan harus lebih ditingkatkan, firman Allah :

  يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya : “Allah akan meniggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengethauan beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadalah : 11).[35]
            Untuk melengkapi atau memenuhi tuntutan tersebut, maka bagi mahasiswa Islam Patani sangat penting untuk mempelajari dan medalami bidang pendidikan agama khususnya, dan bidang-bidang umum lainnya, dalam rangka untuk dapat memperbaiki atau meningkat kemajuan pendidikan agama Islam yang ada di Patani. Sebab yang jelas, bagi mahasiswa Islam Patani yang belajar di luar negeri dalam bidang apa saja, mereka tidak terlepas dari pada pengabdian di sekolah-sekolah Agama Islam yang ada di daerah mereka sendiri khususnya. Hal itu sesuai dengan anjuran dari Allah dalam firman-Nya :                                                          

 وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya : Dan hendaklah di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan Mereka itulah orang-orang yang beruntung.  (QS. Al-Imran : 104).[36]
            Dengan pengertian ayat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap aspek kehidupan manusia ingin bebas dari kemaksiatan dan sebaliknya membuat apa yang tidak melarang oleh ajaran Islam, namun kehidupam ummat Islam secara menyeluruh hidup dalam sistem individual yang di gariskan dalam alquran dan sunnah Rasulullah SAW, karena manusia hidup harus berfikir dan mengkaji bagaimana solusi atau jalan keluar yang lebih baik dan menjauhi larangan Allah SWT. baik di dunia dan akhirat kelak. 

4 .  Kesulitan-Kesulitan Dalam Studi
            Setiap usaha atau kegiatan biasanya tidak terlepas dari pada menempuh kesulitan-kesulitan, hanya tergantung sedikit atau banyaknya kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kegiatan seperti Studi, dimana prosesnya sangat konpleks, memerlukan waktu yang cukup panjang dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka sudah barang tentu dalam hal ini tidak terlepas dari pada menemui kesulitan-kesulitan atau setidak-tidaknya ada hambatan-hambatan dalam melaksanakan Studi, lebih lagi di Perguruan Tinggi, tidak semua orang dapat menyelesaikan studinya.
            Menurut Drs. Oemar Humalik menyatakan :
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam studi dapat digolongkan menjadi :
1.      Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri.
2.      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah.
3.      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga.
4.      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat.[37]

1. Faktor yang bersumber dari diri sendiri antara lain :
a)      Belajar tidak mempunyai tujuan yang jelas, padahal tujuan belajar merupakan suatu hal yang penting, sebab dengan tujuan akan berguna untuk mengarahkan kegiatan belajar itu sendiri.[38]
b)      Kurang minat terhadap bahan pelajaran, sedangkan hal itu sangat menentukan sukses atau tidaknya dalam kesulitan studi seseorang. Kurangnya minat terhadap bahan akan mengakibatkan kurang perhatian dan usaha belajar, sehingga manjadi hambatan dalam studinya.
c)      Kesihatan yang sering terganggu, baik kesihatan jasmani maupun rohani juga turut menentukan, padahal studi seseorang berhasil atau tidak.
d)     Kecakapan mengikuti kuliah. Cakap yang dimaksud adalah terus menerus mengikuti kuliah. Tetapi maksudnya mengerti dan memahami, kemudian merangsangnya untuk menambahkan pengetahuan yang lebih luas. Oleh sebab itu menguasai tehnik perkuliahan adalah sangat penting.
e)      Kebiasaan belajar memang sifatnya individual, tidak bisa ditentukan, karena kebiasaan belajar tidak sama rata setiap orang. Akan tetapi setiap kita belajar kita harus berusaha memperbaikinya, agar pada akhirnya kita akan menemukan cara yang lebih efektif dan efesien. [39]

2. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah antara lain disebabkan :
  1. Cara memberikan pelajaran yang dipergunakan oleh pengajaran, seringkali besar pengaruhnya terhadap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Memang ada sebagian pengajar yang memberikan pelajarannya dengan cara yang kurang didaktif, tanpa memperhatikan apakah mahasiswa mengerti atau tidak, tanpa memberikan kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat berbicara kurang jelas, sehingga mahasiswa tidak bisa mengikuti perkualiahan dengan baik.
  2. Kurangnya bahan-bahan bacaan, ada di antara mahasiswa kadang-kadang mengeluh, mereka dituntut sejumlah tugas, dengan diwajibkan membaca beberapa buah buku. Yang menjadi keluhan mereka bukan berarti mereka tidak sanggup megajarkan tugas itu, akan tetapi sulit untuk mendapatkan bahan-bahan bacaan, dicari di perpustakaan tidak ada.
  3. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan. Hal ini juga mengakibatkan menjadi hambatan dalam studi, dan kalau terjadi situasi demikian, maka dengan sendirinya dapat juga diartikan kurangnya keordinasi kegiatan kurikuler pada bidang keilmuan.
  4. Penyelenggaraan perkuliahan terlalu dapat, juga sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan studi para mahasiswa, perkuliahan yang padat akan menyebabkan kurangnya konsentrasi, melelahkan, bahkan dapat juga mengganggu kesihatan, semuanya itu merupakan unsur yang bisa menjadi penghambat studi pada mahasiswa.

3. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga antara lain disebabkan :
a. Masalah kemampuan ekonomi, melalui ekonomi atau biaya merupakan sumbar penujanag dalam studi. Kurangnya biaya akan menganggu kelancaran studi, hal ini dapat dirasakan, terutama bagi mahasiswa yang asar dari luar daerah, kiriman yang datangnya terlambat akan mempunyai pengaruh kelesuan, bingun, dan demikian merugikan motif belajar.
b. Masalah ketentraman keluarga, juga merupakan suatu hal yang sangat penting. Apa lagi mahasiswa masih tinggal bersama keluarganya. Yang jelas waktu yang paling banyak dipergunakan untuk belajar adalah dalam lingkungan keluarganya. Kalau suasana dalam keluarganya tidak tentram akan berpengaruh juga terhadap situasi belajar, bahkan mungkin tidak bisa belajar sama sekali.
c.  Rindu kampung halaman. Mahasiswa yang berasal dari luar daerah atau luar kota, sering kali dihinggapi oleh masalah ini. Keinginan bertemu dan bergaul bersama keluarga akan timbul andai kata sudah sekian lama tidak bertemu. Apa bila terjadi kerinduan bisa menyebabkan kemunduran dalam studi.
d.  Kurang pengawasan dari orang tua, sekalipun pada umumnya mahasiswa mengatakan bahwa dia telah dewasa, namum pengawasan dari orang tua tetep diperlukan. Sebab orang tua turut mendorong dan bertanggunng jawab atas kemajuan studi anaknya.

4. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat antara lain disebabkan :
a.   Gangguan dari jenis kelamin lain. Pada prinsipnya tidak ada halangan bagi mahasiswa untuk bergaul dengan jenis kelamin lain, asalkan dalam batas pergaulan normal. Namun demikian banyak juga akibat sampingan dari pergaulan ini menimbulkan ekses-ekses yang lebih jauh, sehingga mengganggu studinya.
b.  Terlalu aktif berorganisasi, aktif berorganisasi sambil belajar memang baik, akan tetapi terlalu banyak berkecimpun dalam berorganisasi adalah kurang baik, dalam ari kau menyebabkan kelalaian dalam belajar. Dalam hal ini terlalu aktif berorganisasi juga menjadi penghambat bagi studi.
c. Tidak mempunyai teman belajar bersama. Mempunyai teman belajar bersama besar artinya bagi kita yang belajar. Teman penting untuk berdiskusi, mengerjakan tugas-tugas memberikan bantuan dalam kesukaran dan banyak lagi manfaatnya yang dapat kita ambil, teman mempunyai arti penting dan turut mendorong kegiatan belajar.
            Demikian di antaranya beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan dalam studi pada umumnya yang dapat penulis mengemukakan secara singkat disini.     

F. METODE PENELITIAN
 1. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah rumah kontrak atau tempat tinggal Mahasiswa Islam Patani yang sedang mengikuti perkuliahan di Provensi Sumatera Utara :
    1. Jln. Halat  Gg. Cempaka -I No. 4-A  Medan.
    2. Jln. Halat  Gg. Cempaka- I No. 10  Medan.
    3. Jln. Halat  Gg. Cempaka -I No. 6-A  Medan.
    4. Jln. Halat  Gg. Plam Boyang, No. 4-C  Medan.
    5. Jln Gendung Arca Gg Persatuan No.10 Medan.
2.  Sejarah dan Perkembangan Mahasiswa Islam Patani  di Provensi Sumatera
Satu-satu cara yang dapat  di tempuh oleh  pelajar-pelajar Islam Patani untuk melanjutkan studinya ketingkat yang lebih tinggi. Mereka harus berangkat keluar negeri. Sebab di Patani sendiri belum tersedia sarana pendidikan seperti yang dimaksud di atas.
Kecenderungan cara yang dapat ditempuh pelajar-pelajar Islam Patani untuk melanjutkan studi keluar negeri itu berbeda-beda. Ada diantaranya lebih cenderung  pergi merantau kenegara-negara yang lain. Ada juga cenderung ke Pakistan, Malaysia, Indonesia, Brunien dan lain-lain. Kecenderungan itu tentunya atas dasar kemampuan dan minat masing-masing, yang jelas bagi mereka-mereka  yang melanjutkan studi ke-Indonesia, karena ada beberapa keistimewaan itu ialah  bahwa Negara Indonesia dengan Patani masih berada pada satu rumpun yaitu Melayu, tentunya cara kehidupan tidak begitu jauh berbeda dan sama-sama berasal dari keturunan Melayu. Dan dari segi sehari-hari tidak jauh perbedaannya. Dan dilihat dari segi pendidikan umum maupun pendidikan Agama Islam cukup pesat kemajuannya yang positif.
Oleh karena beberapa keistimewaan itulah yang mendorong pelajar-pelajar Patani untuk melanjutkan studinya ke Republik Indonesia.
Menurut buku catatan IPPNP-SUMUT-RI. Angkatan Pertama, bahwa mahasiswa Patani yang datang ke-Provensi Sumatera Utara pada bulan September 1992, terdiri dari  9 orang, dan pada tanggal 30 Januari 1993 semuanya harus keluar dari wilayah Republik Indoesia karena batasan waktu visa VSB hadir berlaku, dan proses konversi tidak berhasil. Dan pada tanggal 5 April 1993 masuk kembali ke-Provensi Sumatera Utara hanya 5 orang saja.
Pada tanggal 9 September 1994, Angkatan kedua masuk pula 8 orang ke-Provensi Sumatera Utara, pada tanggal 10 September 1995 pulang satu orang angkatan kedua ke-patani karana sakit.
 Dan pada tanggal 29 September 1995 datang pula Angkatang ke-tiga berjumlah 16 orang. Dan pada tahun 1996, dua orang angkatan ke-tiga pindah perkuliahan ke IAIN AR-RANIRY Banda Aceh.
 Kemudian pada tanggal 11 Agustus 1997 dan datang lagi Angkatang ke-empat berjumlah 13 orang (5 orang kuliah di FAI UISU, 8 orang di FAI UMSU) kemudian pada Agustus 1997 telah wisuda sarjana 4 orang dari angkatang pertama, dan telah pulang berkhidmat kepada masyarakat Islam Melayu Patani.
Sampai sekarang ini jumlah mahasiswa islam patani yang mengikuti pendidikan pada tingkat perguruan tinggi agama islam di provinsi sumatera utara semakin meningkat dari tahun ke tahun, untuk data yang lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL I
JUMLAH MAHASISWA ISLAM PATANI YANG SEDANG
KULIAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Angkatan
Tahun
Laki-laki / Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
5
2006
2007
2008
2009
2010
4
3
4
11
9
4
1
9
16
10
8
4
13
27
19
Jumlah
31
40
71

TABEL II
DAFTAR PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM YANG DI
AMBIL OLEH MAHASISWA ISLAM PATANI

No.
Perguruan tinggi
Jurusan
Jumlah
PAI
HI
USH
1
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
4
1
-
5
2
Universitas Islam Sumatera Utara
16
4
-
20
3
Universitas Alwasyliyah
11
-
-
11
4
Institut Agama Islam Negeri
5
5
6
16

Jumlah
36
10
6
52


Keterangan:
PAI : Pendidikan Agama Islam, HI : Hukum Islam, USH : Ushuluddin.

Dokumentasi PMIPTI, tahun 2006-2010. Dikutip pada tanggal 2 September 2010.

3.  Kondisi Objektif Mahasiswa Islam Patani
Berbicara tentang kondisi objektif mahasiswa Islam Patani di Propensi Sumatera Utara, sebenarnya cukup banyak segi-segi yang dapat dilihat. Tetapi mengingat kemampuan waktu yang tersedia dan lain sebagainya tidak mungkin untuk diselidiki secara keseluruhan. Maka dalam penelitian ini penulis hanya mengarahkan kepada dua masalah saja. Berdasarkan kepada hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pertama : Latar belakang pendidikan mahasiswa Islam Patani di Propensi Sumatera Utara, pada umumnya mereka menyelesaikan pendidikan Nasional Thai / Siam ditingkat sekolah dasar. Hal tersebut merupakan suatu keharusan bagi setiap warga Negara Thailand apabila sudah berusia 6 tahun, mereka diwajibkan untuk mengikut pendidikan nasional minimal harus selesai ditingkat sekolah dasar. Kemudian untuk tingkat-tingkat selanjutnya terserah mau melanjutkan atau tidak.
         Kebanyakan masyarakat Melayu Patani tidak mengizinkan anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan Nasional Thai, karena khawatir nantinya anak-anak mereka makin jauh dengan ajaran Agama (Islam). Sebab pendidikan Nasional Thai yang dilaknasakan berbeda dengan Negara-negara lain. Mengenai  waktu persekolahannya saja, baik ditingkat sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas, mulai masuk jam 08.00 pagi dan keluar jam 16.00 sore. Ini berarti waktu yang tersisa bagi murid-murid untuk memperoleh pendidikan agama terlalu sedikit, malah ada di antaranya yang tinggal agak jauh dengan sekolah, tidak kesempatan sama sekali. Sebab di sekolah-sekolah Nasional Thai mata pelajaran Agama Islam tidak diajarkan sama sekali, sekalipun disekolah tersebut murid-muridnya terdiri dari 100 % beragama Islam, yang diajarkannya adalah mata pelajaran agama Budha.
         Oleh karena demikian, maka kebanyakan dari masyarakat Patani, apabila anak-anak mereka telah selesai mengikuti pendidikan Nasional Thai di tingkat dasar, mereka tidak memberikan lagi anak-anak mereka untuk melanjutkan ketingkat selanjutnya. Selanjutnya bagi anak-anak mereka, mereka masukkan kepondok pesantren atau sekolah Agama.[40]
         Oleh sebab itu kebanyakan mahasiswa Islam Patani yang datang melanjutkan studinya ke Provensi Sumatera Utara adalah dari lulusan pendidikan Agama (Aliyah), dan sesuai pula dengan kelulusan mereka, mereka kebanyakan melanjutkan studinya kebeberapa Perguruan Tinggi Agama Islam, sebagaimana yang berada di Provensi Sumatera Utara.
Kedua : Latar belakang ekonomi mahasiswa Islam Patani di Provensi Sumatera Utara. Mengenai ekonomi mahasiswa Islam Patani rata-rata lemah atau kurang mampu. Karena kalau melihat kepada keadaan orang tua mereka yang rata-rata bekerja berusaha sendiri, ada di antara orang tua mereka semata-mata memperoleh hasil dari tanaman padi, ada juga dapat hasil dari perkebunan karet alam, dan ada juga yang hanya dapat dari hasil usaha dagang secara kecil-kecilan.
         Jadi walaupun demikian, oleh karena didorong oleh kemahuan yang keras disertai dengan rasa tanggung jawab terhadap Nusa, Bangsa, dan Agama. Baik dari kalangan orang tua mereka maupun dari kalangan mereka sendiri, mereka harus sanggup menghadapi kesulitan-kesulitan itu, kalau tidak demikian mereka tidak dapat meneruskan cita-cita yang suci dan mulai itu.




TABEL III
JUMLAH MAHASISWA ISLAM BERASAL DARI PATANI YANG SEDANG STUDI PADA FAKULTAS AGAMA ISLAM
PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM
DI PROVINSI SUMATERA UTARA

No.

Jurusan
Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
2
3
Pendidikan Agama Islam
Hukum Islam
Ushuluddin
16
3
-
22
5
6
38
8
6
Jumlah
19
33
52


            Keterangan : 38 orang mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) 16 orang laki-laki dan 22 perempuan, 3 orang laki-laki 5 perampuan di Hukum Islam (HI), dan 6 orang di Ushuluddin (USH) semuanya perampuan.

G.  Populasi dan Sampel         
      a.   Populasi:
            Yang menjadi populasi keseluruhan subjek penelitian.[41] Untuk mengambil data dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Islam Patani, yang sedang Studi di Provinsi Sumatera Utara, yang berjumlah 71 orang. Terdiri dari laki-laki dan perempuan.
      b.  Sampel:
            Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[42] Adapun mengenai sampel, mengingat jumlah sampel yang dijadikan objek penelitian ini tidak begitu banyak, dan penulis akan melakukan penelitian atau menghubungi sejumlah populasi tersebut. Maka penulis mengambil sebagian populasi untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 52 responden, keseluruhan responden sedang menlanjutkan Studinya Pada Fakultas Agama Islam di Provinsi Sumatera Utara.       

H.  Sumber Data      
            Adapun sumber data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah:
a.       Sumber Data Primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinal dari data sejarah.[43] Yaitu Mahasiswa Islam yang berasal dari Patani.
b.      Sumber Data Skunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, ataupun catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil.[44] Yaitu data yang diambil dengan melakukan   wawancara dengan Ketua Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) di Indonesia, juga sejumlah buku-buku, bentuk tulisan yang berhubungan dan dapat mendukung kesempurnaan penelitian ini.
c.       Dokomen adalah laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikirannya. Dokumen tersebut, sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan.[45] Yaitu mempelajari dokumen atau catatan yang erat hubungannya dengan masalah yang diteliti.

J.  Teknik Pengolahan dan Analisa Data   
            Setelah penulis menarik kembali data terkumpul dan diteliti dengan cermat yang tersebut, maka langkah selanjutnya penulis mengadakan penganalisa terhadap data-data yang telah dapat. Hal ini dimaksudkan agar data-data yang diperoleh dapat diketahui relevansinya.
            Sebagai bentuk penelitian di atas, maka penulis mempergunakan metode penelitian sebagai berikut:
1.               Metode Deduktif yaitu berdasarkan pendapat yang umum kemudian menyimpulkan sebagai pendapat yang khusus.
2.               Metode Induktif yaitu mengumpulkan pendapat yang khusus kemudian menyimpulkan sebagai pendapat yang umum.

I.  Teknik Pengumpulan Data

            Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan teknik yaitu:

1.      Observasi, yaitu mengadakan pengamatan kelokasi penelitian untuk  memperoleh izin melakukan penelitian yang di maksud serta dapat mengetahui dalam pelaksanaan studinya, sebagaimana dikemukakan oleh Wahyu dan Ahmad Superdi, bahwa suatu pengamatan terhadap gejala, peristiwa kejadian, yang dapat dilihat dengan mata atau yang dapat di capai oleh panca indra yang lain.[46]
2.      Interview, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan secara lisan atau tertulis yang di ajukan oleh seorang kepada orang lain, agar orang lain itu memberi jawaban atau kererangan atau pertanyaan tersebut.[47]
3.       Dokumentasi adalah mencari dan mengenai hal-hal atau veriabel  yang berupa catatan, traskrip, buku, dan sebagainya.  Metode perkumpulan data dengan cara mencatat dan mengumpulkan data dokumentasi baik yang berupa laporan atau dokumen lainnya.[48]











    

 




                          






[1] Abu Abdillah Muhammad Ruslan, Bencana Ilmu, Pustaka At-Tazkia,Jakarta, 2005,hlm 8
[2] Abuddin Nata,MA, Metodologi Studi Islam, Rajawali Pres, Jakarta, 2009, hlm 87
[3]Abdullah Nasyih, Pendidikan Anak Dalam Islam(2), Pustaka Amani, Jarkata,2007, hlm 338
 [4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, 2009, hlm. 250
[5] Hasan Alwi, Kamus Besr Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 896 
              [6] A. Bangnara, Op - Cit, hlm. 1
[7] Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hlm. 10
[8]Jehteh  Syiddiqy, Problema Sebagai Alat Kesuksesan, Grafindo Citra, Jakarta, 1998, hlm. 1
[9] Sudirman N. dkk., Ilmu Pendidikan, PT,  Remaja Rosdakarta, Bandung , hlm. 4
[10]Abdul Rahman Al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, CV. Diponogoro, Bandung, 1998, hlm. 37
[11] Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 58 
[12] Imam Musbikin, Melogikakan Rukun Islam, DIVA Pres, Jakarta, 2008, hlm 8
[13] Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam(1), Pustaka Amani, Jakarta, 2007, hlm 171
[14] Zuhairini, Abdul-Ghafar dan Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Bahasa, Usaha Nasional, Surabaya, hlm. 33
[15] Kamal Muhammad ‘Isa, Manajemen Pendidikan Islam, PT. Fikahari Aneska, Jakarta,, hlm. 64 
[16] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT. Rosda Karya, Bandung, 1988 hlm. 11
[17] Selamat pohan,Sag, Ilmu Pendidikan Islam, FAI UMSU, Medan, 2010, hlm 20
[18] Al-Qura’nul Karim Disertai Terjemahan, Lautan Lestari,  Jakarta-Indonesia, 2009, hlm 452
[19] Selamat pohan, Sag, Op-Cit, hlm 21
[20] Zuhairini, et al., Op - Cit., hlm. 39
[21] Ibid., hlm. 43
[22] Abuddin Nata,MA, Op-Cit, hlm 10
                [23] Ny. Soetari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan,Yayasan Penerbit FIP-IKIP, Yogyakarta, 1976, hlm. 100
                [24] Soemarso S.R., Suatu Pengantar Proses Pembelajaran, PT. Salemba Emban Patria, Jakarta, 2002, hlm. 83          

[25] Syiekh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2001, hlm. 58
[26] Abu Tauhied Ms., Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Skretariat Fak. Tarbiyah IAIN SUKA, Yogyakarta, tt., 1989. hlm. 16
                [27] Departemen Agama RI., Op - Cit., hlm. 8
                [28] T. M. Hasbi As-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hlm. 25
                [29] Abuddin Nata MA., Al-quran dan Hadits, Rajawali Press, Jakarta, 1995. hlm. 78
                [30] Zainal Abidin, Peranan Pendidikan Islam dalam Upaya Meningkatkan Sumber Daya Manusia, Sekretariat Fak. Tarbiyah IAIN. SUKA, Yogyakarta, 1994. hlm. 5
[31] Abu Fauhied, Ms. Op - Cit., hlm. 26
                [32] Mahd. Athiyah Al-Abrosyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1974., hlm. 1
                [33] Surin Pisuan, Op - Cit., hlm. 158
                [34] Ibid, hlm. 159
[35] Abu Abdillah Muhammad Ruslan, Op-Cit, hlm 7
[36] Al-Qur’an dengan Tajwid Blok Warna, Op-Cit, hlm 54
                [37] Oemar Humalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Tasino Bandung,, hlm. 139
                [38] E. Sorwarman Hasan, (Ed Plan), Didaktik, INISI, Bandung, 1973, hlm. 17
                [39] Ibid., hlm. 142
                [40] Wawancara dengan Mr. Ismaiel Abdulkhani, Ketua PMIPTI, Medan SU-RI, pada tangal 10 Oktober 2010.
[41] Suharsimi Arikunto, Prosidur Penelitian Suatu Pendekatanm Praktek, PT. Reneka Cipta, Jakartar, 2002, hlm. 108

[42] Suharsimi Arikunto, Op-Cit, hlm 109
[43] Moh. Nazir, Ph. D, Metode Penelitian, Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbit(KDT), Ghalia Indonesia, 2005, hlm 50
[44] Moh. Nazir, Ph. D, Op-Cit, hlm 50
[45] Moh. Nazir, Ph. D, Op-Cit, hlm 49
[46] Wahyudin Syah dan Ahamad Supardi, Metode Resech, Bandung, 1987, hlm. 31
[47] Nasdalamtion, Metode Resech Penelitian Ilmiyah, P. Jammers, Bandung,1993 hlm. 48
[48] Suharsimi Arikunto, Op-Cit , hlm. 206

1 ความคิดเห็น:

  1. Lucky Club Casino Site Review - Lucky Club
    Lucky Club has a pretty good reputation in the country. It's not a luckyclub.live bad casino for its customers, although they often leave it up to the individual operator to

    ตอบลบ